Selasa, 19 Oktober 2010

IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI


Quantcast

Iklim komunikasi organisasi terdiri dari persepsi-persepsi atas unsur-unsur organisasi dan pengaruh unsur-unsur tsb thd komunikasi. Suatu iklim komunikasi berkembang dalam konteks organisasi.

Unsur-unsur dasar yang membentuk suatu organisasi:

  1. Anggota organisasi. Di pusat organisasi terdapat orang-orang yang melaksanakan pekerjaan organisasi. Mereka terlibat dalam kegiatan-kegiatan perasaan yang mencakup emosi, keinginan, dan aspek-aspek perilaku manusia yang bukan aspek intelektual.
  2. Pekerjaan dalam organisasi. Pekerjaan yang dilakukan anggota org. Terdiri dari tugas-tugas formal dan informal.Tugas ini menghasilkan produk dan memberikan pelayanan organisasi.


Isi: terdiri dari apa yang dilakukan anggota organisasi dalam hub-nya dengan bahan, orang-orang dan tugas lainnya.

Keperluan: merujuk kepada pengetahuan, ketrampilan dan sikap yg dianggap sesuai bagi sesorang agar mampu melaksanakan pekerjaan tsb.
Konteks: berkaitan dgn kebutuhan fisik dan kondisi-kondisi lokasi pekerjaan, jenis pertanggung jawabab dan tanggung jawab dlm kaitannya dgn pekerjaan, juml.pengawasan dan lingk.umum

Praktik-praktik pengelolaan
Tujuan primer adalah menyelesaikan pekerjaan melalui usaha orang lain. Manajer membuat keputusan mengenai bgmn orang-orang lainnya, menggunakan SD utk mencapai tujuan. Struktur organisasi: merujuk pada hubungan antar tugas-tugas yang dilaksanakan oleh anggota

Kompleksitas:

  1. tingkat yang didalamya terdapat perbedaan antara unit-unit (diferensiasi horizontal sbg hasil-hasil spesialisasi yang ada di dalam organisasi)
  2. Jumlah tingkat otoritas
  3. Derajat ketersebaran lokasi fasilitas dan personel organisasi secara geografis.

Formalisasi: derajat standarisasi dan tugas-tugas.
Pedoman organisasi: pedoman organisasi adalah serangkaian pernyataan yang mempengaruhi, mengendalikan dan memberi arahan bagi angg.org.

Pengaruh Komunikasi
Iklim komunikasi Organisasi merupakan fungsi kegiatan yang :

  • menunjukkan kepada anggota organisasi bhw org. tsb mempercayai mereka dan memberi kebebasan dlm mengambil resiko
  • mendorong mereka dan memberi mereka tanggung jawab dlm mengerjakan tugas-tugas mereka
  • menyediakan informasi yang terbuka dan cukup ttg organisasi
  • mendengarkan dengan penuh perhatian serta memperoleh infoyang dapat dipercayai dan terus terang dari anggota org.


Iklim komunikasi ttt memberi pedoman bagi keputusan dan perilaku individu. Keputusan-keputusan yang diambil oleh anggota organisasi. Untuk melaksanakan pekerjaan mereka secara efektif, mengikatkan dirimereka dengan organisasi.

Iklim komunikasi dapat menjadi salah satu pengaruh yang paling penting dalam produktivitas organisasi, karena iklim mempengaruhi usaha anggota Organisasi

Usaha biasanya terdiri dari empat unsur:

  1. aktivitas (A) yang merupakan pekerjaan tsb.
  2. Langkah-langkah (L) pelaksanaan kerja
  3. Kualitas (K) hasil
  4. Pola waktu (W) kerja

KEPEMIMPINAN dalam komunikasi

Pengaruh: kegiatan-kegiatan atau keteladanan yang baik secara langsung atau tidak langsung mengakibatkan suatu perubahan perilaku dan sikap orang lain atau kelompok.

Kekuasaan: Kemampuan untuk memiliki pengaruh. Mempunyai kekuasaan berarti mempunyai kemampuan untuk mengubah perilaku atau sikap individu2 lainnya.

Metode Mempengaruhi

  1. Sarana Fisik: bentuk pengaruh yang paling kasar, melibatkan ancaman
  2. Sanksi2 positif dan negatif: sarana-sarana untuk menghargai atau menghukum
  3. Pengetahuan: keahlian relevan atau ilmu pengetahuan khusus
  4. Daya tarik Pribadi

LEADERSHIP STYLE:

  1. The Autocratic Style: A Manager doesn’t share decision- making authority with subordinates
  2. The participative Style: A managers shares decision- making authority with subordinates
  3. The Free Rein Style: A manager empower subordinates to function on their own, without direct involvement from managers to whom they report


TASK ORIENTATION VERSUS EMPLOYEE ORIENTATION

A TASK- ORIENTED MANAGER: Menekankan pada teknologi, metode, perencanaan, program, deadline. Pendekatan berorientasi tugas bekerja baik pada kondisi krisis dan jadwal waktu yang ketat.

A PEOPLE CENTERED MANAGER: Menekankan pada kebutuhan employee

LEADERSHIP
The process of influencing individual and groups to set and achieve goals.
Leadership involves three variables: The leader, those being led, and the circumstances in which leadership is exercised.

What qualities must leader have?

  • High –impact players
  • change agent
  • drivers
  • winners- people who are extremely flexible, bright, tactical and strategic
  • who can handle a lot of information, make decisions quickly
  • motivate others

ALIRAN INFORMASI DALAM ORGANISASI
Komunikasi dalam hampir semua org. secara jelas merupakan suatu proses dinamis. Penyampaian informasi yang akurat dan pemahaman atas informasi sari satu unit (pengirim) ke unit lain (penerima) vital dalam:

  • perumusan dan implementasi tujuan organisasional
  • peralatan dan sarana penting dimana keg.organisasional dilakukan.

Komunikasi adalah usaha mendorong orang lain menginterpretasikan pendapat spt apa yg dikehendaki oleh orang yg mempunyai pendapat tersebut.

POLA DAN PROSES KOMUNIKASI
Organisasi jelas memerlukan informasi.

  • Fase ekstensif: terjadi perkembangan cepat informasi secara kuantitatif
  • Fase intensif: perkembangan cepat secara kualitatif.

Proses komunikasi:

  • Pengirim
  • Sarana Pengiriman Berita
  • Penerima Berita.

Dengan Komunikasi diharapkan agar orang lain melakukan kegiatan seperti apa yang dikehendaki. Dengan Komunikasi diharapkan pula segala ketidakpastian menjadi pasti

Macam-macam tujuan komunikasi:

  1. Komunikasi untuk kegiatan yang tak diprogram
  2. Komunikasi memulai dan menciptakan program; usaha menyesuaikan dan mengkoordinasikan program.
  3. Komunikasi yg memberikan data penerapan strategi
  4. Komunikasi untuk menimbulkan program dan komunikasi untuk memotivasi orang melaksanakan program
  5. Komunikasi yg memberikan info ttg hasil kegiatan dan informasi umpan balik utk pengawasan.

SALURAN KOMUNIKASI FORMAL

Aliran Vertikal
Aliran komunikasi vertikal mencakup seluruh transaksi yg meliputi aliran informasi ke bawah maupun ke atas yg terjadi antara Atasan dan bawahan dlm organisasi.

  1. Untuk memberikan pengarahan atau instruksi kerja ttt (spesifik)
  2. Untuk memberikan informasi mengapa suatu pekerjaan harus dilaksanakan
  3. Untuk memberikan informasi ttg prosedur dan praktek-praktek organisasional
  4. Untuk menyajikan informasi mengenai aspek ideologi dlm membantu org. menanamkan pengertian ttg tujuan-tujuan yg ingin dicapai.

Bentuk:

  • rantai perintah
  • plakat dan papan pengumuman
  • majalah perusahaan
  • surat pada karyawan
  • buku petunjuk karyawan
  • kotak informasi
  • sistem pengeras suara
  • secarik kertas tanda terima gaji
  • laporan tahunan
  • pertemuan kelompok
  • serikat pekerja


Gerakan informasi ke atas (upward) mell. tingkatan2 hirarki organisasional paling sering berbentuk umpan balik pelaksanaan kerja dan dihubungkan dengan fungsi pengawasan.

Bentuk:

  • kontak tatap muka
  • pertemuan kelompok
  • prosedur pengaduan
  • surat usulan
  • pemberian saran
  • wawancara
  • kebijaksanaan pintu terbuka
  • serikat sekerja


Aliran horizontal
Mencakup seluruh penyampaian informasi yang mengalir secara lateral dlm suatu organisasi. Transmisi ini dapat dikelompokkan:
a. diantara para karyawan dalam kelompok kerja yang sama
b. diantara kelompok-kelompok yang mempunyai kedudukan (status) sederajat atau antar departemen

Aliran diagonal:

mencakup seluruh transmisi info yang memotong silang rantai perintah organisasi.

HAMBATAN- HAMBATAN KOMUNIKASI

Komunikasi tidak efektif disebabkan berbagai hambatan manusiawi dan teknis:
1. Faktor-faktor hambatan dalam diri pribadi.

  • persepsi selektif: sso akan menolak atau salah mengartikan informasi yang tidak sesuai dengan anggapan-anggapan atau harapan-harapan yang secara emosional dibentuk sebelumnya.
  • perbedaan individu dalam ketrampilan Komunikasi

2. Hambatan antar pribadi

  • kepercayaan:karakter pokok komunikasi adalah kepercayaan.
  • kredibilitas; kejujuran, keahlian, kemampuan, dinamisme, antuasiame
  • kesamaan pengirim-penerima

Hambatan organisasional

  • Status: Pada umumnya orang-orang lebih senang mengarahkan komunikasinya mereka ke individu2 yg statusnya lebih tinggi.
  • Orang-orang dg status tinggi pada umumnya lebih banyak berkom. Satu dengan yg lain yang berstatus lebih rendah.
  • Orang dg status lebih tinggi pada umumnya lebih mendominasi pembicaraan dibanding orang-orang yang berstatus lebih rendah.

Transmisi hirarkis:

Hirarki dikembangkan tidak hanya untuk memudahkan pencapaian sasaran kegiatan tetapi juga karena sgt diperlukan untuk komunikasi
Proses-proses individual ttt juga mengubah transmisi hirarkis

  1. Penyingkatan (Condensation): para penerus berita sering cenderung mungubah isi berita dengan menyampaikan hanya pokok-pokok berita
  2. Closure
  3. Pengaharapan ( Expectation): penerus info sering membelokkan komunikasi ke arah yg sesuai dg sikap-sikap dan pengharapan2 merek sendiri.
  4. Asosiasi: Bila peristiwa atau akibat-akibat terjadi bersamaan di masa lalu, pristiwa tsb sering dihub. satu dgn yang lain
  5. Ukuran kelompok: Semakin besar kelompok akan semakin kecil kemungkinan tercapainya komunikasi yang memuaskan.
  6. Kendala ruangan: karakter fisik ruangan akan mrmpengaruhi kuantitas dan kualitas komunikasi.

Faktor hambatan teknologis

  • Bahasa dan pengertian: Kata2 yang sama belum tentu punya pengertian yang sama.
  • Isyarat non verbal
  • Efektivitas saluran

PENINGKATAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI

  • Audit Komunikasi: memeriksa seluruh proses-proses komunikasi
  • Teknik-teknik Peningkatan Efektivitas Komunikasi: penyelenggaraan pertemuan tahunan karyawan, penetapan saluran pribadi
  • Penggunaan umpan balik.
  • Pengembangan SIM (Sistem Informasi Manajemen): jaringan informasi yang diciptakan berdasarkan penelaahan situasi lingkungan

Komunikasi
ketika sso terlibat komunikasi ada 2 hal yang terjadi:

  1. penciptaan pesan atau, lebih tepatnya penciptaan pertunjukan (display)
  2. penafsiran pesan atau penafsiran pertunjukan

pertunjukan pesan

  • menunjukkan (to display) berarti bahwa anda membawa sesuatu untuk diperhatikan sso atau orang lain. “menunjukkan” menyatakan bahwa “to display” berarti menempatkan sst shg terpandang dg jelas dan berada dlm suatu posisi menyenangkan bagi pengamatan ttt
  • agar pertunjukan menjadi bentuk komunikasi : harus melambangkan sesuatu. Contoh: berpakaian pada pagi hari: menciptakan pertunjukan bagi diri anda sendiri

Penafsiran pesan

  • Menguraikan atau memahami sst dengan cara tertentu.
  • Makna yang mempunyai pengaruh terhadap orang-orang
  • Bagaimana orang lain menafsirkan apa yang anda katakan
  • Kegagalan proses komunikasi: Pada saat kita menafsirkan pesan: perlu konteks. Komunikator dan komunikan berada pada konteks yang sama.I know the context and you know the context.

Pada saat kita berkomunikasi dengan orang yang:

  • Berbeda status sosial ekonomi
  • Berbeda pendidikan
  • Berbeda budaya: nilai-nilai kemandirian, ulet, working hard, prestasi, kemapanan, kepraktisan. Tidak sombong, kesopanan, menghargai sesama
  • Berbeda referensi: kerangka acuan.
  • Berbeda persepsi

Ada perbedaan cara pandang antara “wong cilik” dan pejabat.
• Aburizal mengatakan: kalo tidak bisa beli gas belilah minyak tanah
• Fahmi Idris : urusan TDL adl urusan pengusaha
• Banyak pengusaha bangkrut.: garmen, elektronika, tekstil, keramik, mebel, mainan anak2, transportasi
• 500 ribu: 90-100 rb. 20 rb-5500

KOMUNIKASI ORGANISASI
• PERTUNJUKAN dan penafsiran pesan diantara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu unit tertentu.

Seven S (Mckinsey):

  1. Structure
  2. Strategy
  3. System
  4. Style
  5. Skill
  6. Staff
  7. Shared value.

Definisi Interpretif
• Proses penciptaan makna atas interaksi yang menciptakan , memelihara dan mengubah organisasi. Komunikasi lebih dari sekedar alat, ia adalah cara berpikir.

ORGANISASI


ORGANISASI SOSIAL
Merujuk pada pola-pola interaksi sosial (frekuensi dan lamanya kontak antara orang-orang); arah pengaruh antara orang-orang; derajat kerja sama
Contoh: Keaggotaan dalam satu komunitas etnis, klub pendukung sepak bola.


ORGANISASI FORMAL
Organisasi yang didirikan untuk tujuan-tujuan ttt:
• Bisnis: dibentuk untuk menghasilkan barang yang dijual
• Serikat pekerja (union) diorganisasikan untuk memperkuat tawar menawar buruh/karyawan pada majikan

Kondisi organisasi

Organisasi yang mampu bersaing secara global memiliki kondisi sbb (Tetenbaum, 1998):

  • Pengetahuan, yang ditandai dengan budaya berbagi informasi
  • Kerjasama kelompok dengan tugas-tugas yang bersifat proyek.: team work organization, project organization
  • Keragaman, ditandai dengan budaya toleransi
  • Nilai utama yang kuat: yang ditandai dengan budaya fokus dalam tujuan dlm situasi kerja yang kelihatannya tdk teratur


LATAR BELAKANG BUDAYA, CARA berpikir, persepsi, nilai-nilai, adat istiadat, kebiasaan, status sosial eknomi, pendidika

Relativitas kebudayaan

Peran manajer/komunikator

  • Mengelola proses transisi dari era industri sederhana ke aera informasi yang jauh lebih kompleks.
  • Membangun keuletan SDM dan kemampuan organisasi
  • Melakukan destabilisasi sistem: menjg adanya suasana stress namun tetap dlm batas kemampuan individu.
  • Menjaga keseimbangan antara dua kondisi yang saling berlawanan tetapi sama-sama dibutuhkan

Unsur-unsur dasar organisasi:

  • anggota organisasi
  • pekerjaan dlm organisasi
  • praktek-praktek pengelolaan
  • struktur organisasi
  • pedoman organisasi

Definisi fungsional komunikasi organisasi
Komunikasi organisasi: didefinisikan sebagai pertunjukan dan penafsiran pesan diantara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari organisasi ttt.

Komunikasi menjadi suatu fungsi pembentuk organisasi bukan hanya sebagai pemelihara organisasi.

Iklim komunikasi Organisasi
• Iklim komunikasi
• Gabungan dari persepsi-persepsi mengenai peristiwa komunikasi, perilaku manusia, respon pegawai thd pegawai lainnya, harapan-harapan, konflik antar persona, dan kesempatan bg pertumbuhan dlm org. tsb.

Iklim Komunikasi Organisasi

Iklim Komunikasi Organisasi. Terdiri Dari Persepsi-Persepsi Atas Unsur-Unsur Organisasi Dan Pengaruh Unsur-Unsur Tsb Thd Komunikasi

Unsur-Unsur Dasar Organisasi
Suatu Iklim Komunikasi Berkembang Dlm Konteks Organisasi. Unsur-Unsur Dasar Yang Membentuk Suatu Organisasi.

Unsur-unsur dasar yang membentuk suatu organisasi: anggota organisasi. Di pusat organisasi terdapat orang-orang yang melaksanakan pekerjaan organisasi.
Mereka terlibat dalam kegiatan-kegiatan perasaan yang mencakup emosi, keinginan, dan aspek-aspek perilaku manusia yang bukan aspek intelektual.

Pekerjaan dalam organisasi.
Pekerjaan yang dilakukan anggota org. Terdiri dari tugas-tugas formal dan informal.Tugas ini menghasilkan produk dan memberikan pelayanan organisasi.

Isi: terdiri dari apa yang dilakukan anggota organisasi dalam hub-nya dengan bahan, orang-orang dan tugas lainnya.

  • Keperluan: merujuk kepada pengetahuan, ketrampilan dan sikap yg dianggap sesuai bagi sesorang agar mampu melaksanakan pekerjaan tsb.
  • Konteks: berkaitan dgn kebutuhan fisik dan kondisi-kondisi lokasi pekerjaan, jenis pertanggung jawabab dan tanggung jawab dlm kaitannya dgn pekerjaan, juml.pengawasan dan lingk.umum


Praktik-praktik pengelolaan
Tujuan primer adalah menyelesaikan pekerjaan melalui usaha orang lain. Manajer membuat keputusan mengenai bagamana orang-orang lainnya, menggunakan Sumber Daya utk mencapai tujuan

  • Pedoman organisasi : serangkaian pernyataan yang mempengaruhi, mengendalikan dan memberi arahan bg anggota organisasi dlm mengambil keputusan dan tindakan.
  • Pedoman organisasi : serangkaian pernyataan yang mempengaruhi, mengendalikan dan memberi arahan bg anggota organisasi dlm mengambil keputusan dan tindakan.
  • Pemahaman unsur-unsur dasar org (anggota, pekerjaan dll) akan menciptakan evaluasi dan reaksi yang menunjukkan apakah yg dimaksud dg unsur dasar tsb dan seberapa baik unsur-unsur ini beroperasi bg anggota organisasi. Misalnya: kecukupan informasi

Pengaruh Komunikasi

Iklim komunikasi Organisasi merupakan fungsi kegiatan yang :

  • Menunjukkan kepada anggota organisasi bhw org. tsb mempercayai mereka dan memberi kebebasan dlm mengambil resiko
  • Mendorong mereka dan memberi mereka tanggung jawab dalam mengerjakan tugas-tugas mereka
  • Menyediakan informasi yang terbuka dan cukup ttg organisasi
  • Mendengarkan dengan penuh perhatian serta memperoleh infoyang dapat dipercayai dan terus terang dari anggota org.
  • Iklim komunikasi ttt memberi pedoman bagi keputusan dan perilaku individu. Keputusan-keputusan yang diambil oleh anggota org. Untuk melaksanakan pekerjaan mereka scr efektif, mengikatkan diri mereka dengan organisasi.
  • Iklim komunikasi dpt menjadi salah satu pengaruh yang paling penting dalam produktivitas organisasi, karena iklim mempengaruhi usaha anggt. Organisasi

Usaha biasanya terdiri dari empat unsur:

  • Aktivitas (A) yang merupakan pekerjaan tsb.
  • Langkah-langkah (L) pelaksanaan kerja
  • Kualitas (K) hasil
  • Pola waktu (W) kerja

Hasil penelitian R. Wayne Pce dan Peterson ttg Inventaris Iklim org:
Ada 6 faktor besar yang mempengaruhi iklim org:

  1. Kepercayaan
  2. Pembuatan Keputusan Bersama
  3. Kejujuran
  4. Keterbukaan dalam komunikasi ke bawah
  5. Mendengarkan dalam kom. Ke atas
  6. Perhatian pada tujuan-tujuan berkinerja tinggi.
READ MORE - IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI

Pengukuran Sikap Dalam Opini Publik


BAB. I

PENDAHULUAN

Menurut Cultip dan Center dalam sastropoetro (1987), opini adalah suatu ekspresi tentang sikap mengenai suatu masalah yang bersifat kontroversial. Opini timbul sebagai hasil pembicaraan tentang masalah yang kontroversial, yang menimbulkan pendapat yang berbeda-beda. Dimana opini tersebut berasal dari opini-opini individual yang diungkapkan oleh para anggota sebuah kelompok yang pandangannya bergantung pada pengaruh-pengaruh yang dilancarkan kelompok itu.

Opini-opini individual tersebut kemudian dikenal dengan istilah opini publik. Karena Opini Publik terbentuk dari intregasi “personal opinion” banyak orang, maka Opini Publik cenderung telah bermukim pada suatu masyarakat yang melembaga, yang telah lengkap dengan mekanisme kepemimpinan maupun pengawasan komunikasi. Dengan kata lain Opini dan Opini Publik dilihat oleh Bogardus secara lembaga sentries dan liberal.

Auguste Comte, yang mendapat julukan sebagai bapak Sosiologi juga menaruh perhatian yang besar terhadap Opini Publik, kendati lebih memberikan arti dalam bentuk peranannya. Ia berpendapat, bahwa hari depan Negara dengan peningkatan pengaruh akan merupakan ajang dari Opini Publik. Dengan kata lain, bahwa tingkah laku kehidupan kenegaraan akan sangat dipengaruhi oleh tingkah laku Opini Publik. Hal yang dihubungkan dengan Albig, yang mengemukakan , bahwa opini adalah “tingkah laku”.

Masih banyak ahli ilmu-ilmu sosial yang memberikan batasan pengertian terhadap Opini Publik. Beberapa ahli yang mengkhususkan studi dibidang tersebut antara lain dapat dikemukakan sebagai berikut:

Leonard W. Doob yang sering dikutip oleh para ahli, mengemukakan :

“..Publik opinion refrs to people’s attitudes on an issue when they are members of the same sosial group”.

Doob disini memberi tekanan kepada sikap (“attitude”) sebagai sesuatu yang bernilai psikologis terhadap sesuatu isyu, manakala mereka (dalam arti “people”) menjadi anggota dari kelompok sosial yang sama. Lalu Doob mempertanyakan, kelompok mana yang terlibat, isyu yang mana yang terlibat dan mengapa masyarakat memberi respon terhadap isyu tersebut.

Secara histories istilah sikap (attitude) digunakan pertama kali oleh Herbert Spencer tahun 1862 yang pada saat itu diartikan olehnya sebagai status mental seseorang. Dimasa-masa awal itu pula penggunaan konsep sikap sering dikaitkan dengan konsep mengenai postur fisik atau posisi tubuh seseorang ( Wrigtsman & Deaux, 1981, dalam azwar 1995 ). Sikap dapat diekspresikan dengan berbagai cara, dengan kata-kata yang berbeda. Sejak akhir tahun 1920 dan awal tahun 1930 metode-metode – pengukuran tingkah laku telah berkembang dan digunakan sampai sekarang, dan beberapa metode baru telah diciptakan.

Sikap dapat didefinisikan dalam banyak versi. Menurut Azwar (1995) sikap dapat dikategorikan ke dalam tiga orientasi pemikiran, yaitu: yang berorientasi pada respon, yang berorientasi pada kesiapan respon, dan yang berorientasi pada skema triadic. (mengenai pembahasan sikap akan dibahas pada bagian selanjutnya).

Sebagai landasan utama dari pengukuran sikap adalah pendefinisian sikap terhadap suatu objek. dimana sikap terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) terhadap objek tersebut (Mar’at 1984). Menurut Azwar (1995) dalam penyusunan pengukuran sikap sebagai instrumen pengungkapan sikap individu maupun sikap kelompok ternyata bukanlah sesuatu hal yang mudah. Kendatipun sudah melalui prosedur dan langkah-langkah yang sesuai dengan kriteria, suatu pengukuran sikap ternyata masih tetap memiliki kelemahan, sehingga tujuan pengungkapan sikap yang diinginkan tidak seluruhnya dapat tercapai. Oleh karena itu dalam penyusunan pengukuran sikap beberapa hal yang perlu dikuasai sebelum sampai pada tabel spesifikasi adalah pengertian dan komponen sikap dan pengetahuan mengenai objek sikap yang hendak diukur.

BAB. II

PENGUKURAN SIKAP OPINI PUBLIK

DEFINISI DAN KOMPONEN SIKAP

Pada bagian sebelumnya sedikit telah disinggung mengenai definisi sikap, yakni menurut “Spencer “sikap diartikan sebagai status mental seseorang. Dan Sikap dapat diekspresikan dengan berbagai cara, dengan kata-kata yang berbeda dan tingkat intensitas yang berbeda. Sementara menurut Azwar (1995) sikap dapat dikategorikan ke dalam tiga orientasi pemikiran, yaitu: yang berorientasi pada respon, yang berorientasi pada kesiapan respon, dan yang berorientasi pada skema triadik.

Pertama, yang berorientasi pada respon. Orientasi ini diwakili oleh para ahli seperti Louis Thurstone, Rensis Likert, dan Charles Osgood. Dalam pandangan mereka, sikap adalah suatu bentuk atau reaksi perasaan. Secara lebih operasional sikap terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) terhadap objek tersebut (Berkowitz dalam Azwar 1995).

Kedua, yang berorientasi pada kesiapan respon. Orientasi ini diwakili oleh para ahli seperti Chave, Bogardus, LaPierre, Mead, dan Allport. Konsepsi yang mereka ajukan ternyata lebih kompleks. Menurut pandangan orientasi ini, sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek dengan cara-cara tertentu. Kesiapan ini berarti kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan cara tertentu apabila individu dihadapkan kepada suatu stimulus yang menghendaki adanya respons. Sikap oleh LaPierre (dalam Azwar 1995) dikatakan sebagai suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial; atau secara sederhana sikap adalah respons terhadap stimuli sosial yang telah terkondisikan.

Ketiga, yang berorientasi pada skema triadik. Menurut pandangan orientasi ini, sikap merupakan konstelasi komponen-komponen kognitif, afektif, dan konatif yang saling berinteraksi dalam memahami, merasakan, dan berperilaku terhadap suatu objek. Secord dan Backman (dalam Azwar 1995) mendefinisikan sikap sebagai keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi), dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek lingkungan sekitarnya.

Menurut Azwar, di kalangan ahli psikologi sosial dewasa ini terdapat dua pendekatan dalam mengklasifikasikan sikap. Yang pertama adalah yang memandang sikap sebagai kombinasi reaksi antara afektif, prilaku, dan kognitif terhadap suatu objek. Pendekatan pertama ini sama dengan pendekatan skema triadik, yang kemudian disebut juga dengan pendekatan tricomponent.

Yang kedua adalah yang meragukan adanya konsistensi antara ketiga komponen sikap di dalam membentuk sikap. Oleh karena itu pendekatan ini hanya memandang perlu membatasi konsep dengan komponen afektif saja.

Menurut Mar’at (1984) ketiga komponen dalam sikap masih dapat dijabarkan lagi sebagai berikut:

1.Komponen kognitif, berhubungan dengan: belief (kepercayaan atau keyakinan), ide, dan konsep.
2.Komponen afektif, yang berhubungan dengan kehidupan emosional seseorang
3.Komponen konatif, yang merupakan kecenderungan bertingkah laku.Di lain pihak, Mann (dalam Azwar 1995) juga mencoba menjabarkan ketiga komponen sikap menjadi:

1.Komponen kognitif berisikan persepsi, kepercayaan, dan stereotipe yang dimiliki individu mengenai sesuatu. Seringkali komponen ini dapat disamakan dengan pandangan (opini), terutama apabila menyangkut masalah isu atau problem yang kontroversial.
2.Komponen afektif merupakan perasaan individu terhadap objek sikap dan menyangkut masalah emosi. Masalah emosional inilah yang biasanya berakar paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin akan mengubah sikap seseorang
3.Komponen konatif berisikan kecenderungan untuk bertindak atau untuk bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu.

1.TIPE PERTANYAAN SIKAP (TYPE OF ATTITUDE QUESTION)

Pertanyaan sikap (attitude qouestion) adalah rangkaian kalimat yang mengatakan sesuatu mengenai objek sikap yang hendak diungkap.

Pertanyaan sikap apabila ditulis dengan mengikuti kaidah penulisan yang benar, setelah melalui prosedur penskalaan (scaling) dan seleksi item, akan menjadi isi suatu skala.

Suatu pertanyaan sikap dapat berisikan hal-hal yang positif mengenai objek sikap, yaitu kalimatnya bersifat mendukung atau memihak pada objek sikap. Pertanyaan seperti ini disebut sebagai pertanyaan yang favorable.

Contoh pertanyaan favorable adalah “Merokok dalam bis merupakan hak azasi setiap orang”.

Kalimat ini jelas mendukung atau memihak pada perilaku merokok di dalam bis karena bila dilihat dari sudut perilaku merokoknya sebagai objek sikap, pertanyaan ini mengatakan hal yang positif.

Sebaliknya, pertanyaan sikap mungkin pula berisi hal-hal yang negatif mengenai objek sikap, yaitu yang bersifat tidak mendukung ataupun kontra terhadap objek sikap yang akan diungkap. Pertanyaan seperti ini disebut sebagai pertanyaan sikap yang bersifat unfavorable.

Suatu skala sikap sedapat mungkin diusahakan agar terdiri atas pertanyaan favorable dan pertanyaan unfavorable dalam jumlah yang kurang lebih seimbang. Dengan demikian pertanyaan yang disajikan tidak semua positif atau semua negatif yang dapat mendatangkan kesan seakan-akan isi skala yang bersangkutan seluruhnya memihak atau sebaliknya seluruhnya tidak mendukung objek sikap. Variasi pertanyaan favorable dan unfavorable akan membuat responden memikirkan lebih hati-hati isi pertanyaannya sebelum memberikan respons sehingga stereotipe responden dalam menjawab dapat dihindari (Azwar 1995).

Edwards (dalam Azwar 1995) telah meramu berbagai saran dan petunjuk dari para ahli menjadi semacam pedoman penulisan pertanyaan yang disebutnya sebagai kriteria informal penulisan pertanyaan sikap. Kriteria termaksud, antara lain adalah sebagai berikut : Jangan menulis pertanyaan yang membicarakan mengenai kejadian yang telah lewat kecuali kalau objek sikapnya berkaitan dengan masa lalu.

Contoh : (objek sikap politik bebas aktif)

“Pemutusan hubungan diplomatik dengan Malaysia masa Presiden Sukarno merupakan tindakan yang tepat”.
Meminta responden menjawab mengenai masalah yang telah lama terjadi seringkali tidak ada relevansi dan kepentingannya dengan sikap masa kini. Apalagi bila disadari bahwa mengetahui sikap sekarang mengenai hal yang telah berlalu merupakan hal yang tidak banyak gunanya. Sikap bukan merupakan aspek psikologis yang stabil untuk waktu yang lama. Interaksi manusia dengan lingkungan dimana ia berada sekarang sangat potensial untuk mengubah sikapnya terhadap sesuatu. Karena itu, pengukuran sikap hampir selalu ditujukan untuk mengungkap sikap terhadap objek psikologis masa sekarang.
Selengkapnya kaidah penulisan pertanyaan dapat dilihat berikut ini,

1. Jangan menulis pertanyaan yang berupa fakta atau dapat ditafsirkan sebagai fakta.

Contoh: (objek sikap – program Keluarga Berencana)

“Keluarga berencana adalah program pemerintah”

Suatu pertanyaan seperti contoh di atas adalah pertanyaan yang berisi fakta atau kenyataan. Lepas dari setuju atau tidak setuju terhadap program keluarga berencana, setiap orang yang tahu tentu akan memberikan jawaban favorable terhadap pertanyaan seperti itu. Dengan demikian apa yang terungkap bukanlah sikap terhadap sesuatu objek melainkan pengetahuannya mengenai objek tersebut. Pertanyaan yang berisi fakta tidak akan dapat memberikan informasi kepada kita mengenai bagaimana sikap responden yang sebenarnya.

2. Jangan menulis pertanyaan yang dapat menimbulkan lebih dari satu penafsiran.

Contoh : (objek sikap – program keluarga berencana)

“Hari libur keluarga berencana perlu diadakan”

Pertanyaan seperti di atas akan menimbulkan penafsiran yang berbeda bagi responden. Akibatnya dapat menimbulkan respon yang tidak sejalan dengan isi pertanyaan seperti dimaksudkan oleh penyusun skala. Apa sebenarnya yang dimaksudkan dengan hari libur keluarga berencana? Apabila yang dimaksudkan adalah hari libur nasional untuk memperingati kelurga berencana, maka pertanyaan itu adalah favorable dan akan memancing jawaban “setuju” dari responden yang sikapnya positif terhadap keluarga berencana. Akan tetapi, apabila responden menafsirkan hari libur keluarga berencana sebagai hari libur dimana para peserta program keluarga berencana boleh melupakan atau tidak menggunakan alat kontrasepsi dan meliburkan cara-cara pengaturan kehamilan, maka pertanyaan itu menjadi yang unfavorable. Akibatnya, responden yang mempunyai sikap positif terhadap keluarga berencana tentu akan tidak setuju terhadap pertanyaan tersebut.

3. Jangan menulis pertanyaan yang tidak relevan dengan objek psikologisnya.

Contoh : (objek sikap – universitas terbuka)

“Daya tampung universitas yang ada di Indonesia perlu segera ditingkatkan”

Sekilas pertanyaan ini berkaitan dengan masalah tidak tertampungnya sebagian besar calon mahasiswa di perguruan tinggi yang ada, yang menjadi salah satu alasan dibukanya program universitas terbuka. Akan tetapi, karena berdiri sendiri pertanyaan itu tidak mempunyai kaitan apapun dengan universitas terbuka yang dijadikan objek sikap. Apakah responden menyatakan setuju atau tidak setuju terhadap isi pertanyaan tersebut, tidaklah dapat dijadikan petunjuk mengenai sikapnya terhadap universitas terbuka. Responden yang menyatakan setuju bahwa daya tampung perguruan tinggi sangat rendah dan karenanya perlu ditingkatkan, belum tentu akan juga setuju terhadap keberadaan universitas terbuka.

4. Jangan menulis pertanyaan yang sangat besar kemungkinannya akan disetujui oleh hampir semua orang atau bahkan hampir tak seorangpun yang akan menyetujuinya.

Contoh :

“Setiap orang harus memperoleh makanan yang layak”

Pertanyaan ini akan hampir dapat dipastikan disetujui oleh semua orang. Apabila hampir ke semua orang setuju terhadap suatu pertanyaan, maka pertanyaan tersebut tidak ada artinya dalam mengungkap sikap.

Contoh :

“Segala bentuk pelanggaran lalu-lintas harus dikenai hukuman penjara”

Pertanyaan seperti ini, yang dimaksudkan sebagai pengungkap sikap terhadap peraturan lalu-lintas, sangat boleh jadi tidak akan ada yang menyetujuinya. Sekalipun bagi mereka yang mempunyai sikap positif terhadap hukuman pelanggaran lalulintas, tetap akan mempertimbangkan bentuk pelanggarannya lebih dahulu baru dapat menyetujui atau tidak menyetujui diterapkannya hukuman penjara. Pertanyaan demikian ini juga tidak membantu pengukuran sikap manusia.

5. Pilihlah pertanyaan-pertanyaan yang diperkirakan akan mencakup keseluruhan liputan skala afektif yang diinginkan.

Masing-masing pertanyaan mempunyai derajat afektif yang berbeda-beda. Ada pertanyaan yang punya derajat afektif yang dalam sehingga dapat mengungkap intensitas sikap yang dalam pula, ada pertanyaan yang punya derajat afektif yang dangkal sehingga hanya dapat mengungkap intensitas yang tidak terlalu dalam. Umumnya hal ini dapat dilihat dari derajat favorablenya suatu pertanyaan.Untuk skala sikap secara keseluruhan hendaknya terdiri atas berbagai derajat afektif yang bertingkat sehigga ada pertanyaannya yang dapat mengungkap intensitas sikap yang dalam dan ada pertanyaannya yang dibuat hanya untuk mengungkap intensitas sikap yang sederhana. Dengan demikian akan diperoleh liputan derajat efektif dalam rentang yang luas.

6. Usahakan agar setiap pertanyaan ditulis dalam bahasa yang sederhana, jelas, dan langsung. Jangan menuliskan pertanyaan dengan menggunakan kalimat-kalimat yang rumit.

7sistem administrasi dan kebanggaan alumni, walaupun mungkin keduanya merupakan gagasan yang relevan guna mengungkap sikap terhadap sistem pendidikan di universitas A, akan tetapi dua gagasan yang dimasukkan ke dalam satu pertanyaan seperti itu mung. Setiap pertanyaan hendaknya ditulis ringkas dengan menghindari kata-kata yang tidak diperlukan dan yang tidak akan memperjelas isi pertanyaan.

8. Setiap pertanyaan harus berisi hanya satu ide (gagasan) yang lengkap.

Contoh :

“Universitas A adalah universitas yang sistem administrasinya paling baik dan alumninya paling membanggakan”

Pertanyaan ini merupakan satu contoh pertanyaan yang mengandung dua gagasan pikiran, yaitu kualitas kin punya derajat afeksi yang berbeda tingkatannya. Seseorang mungkin akan menyatakan sangat setuju mengenai segi kebaikan sistem administrasi universitas tersebut, namun akan menyatakan ragu-ragu mengenai segi kebanggaan alumninya. Perbaikan yang dapat dilakukan adalah memisahkan kedua ide tersebut masing-masing ke dalam pertanyaan yang berbeda.

9. Pertanyaan yang berisi unsur universal seperti “tidak pernah”, “semuanya”, “selalu”, “tak seorangpun”, dan semacamnya, seringkali menimbulkan penafsiran yang berbeda-beda dan karenanya sedapat mungkin hendaklah dihindari.

10. Kata-kata seperti “hanya”, “sekedar”, “semata-mata”, dan semacamnya harus digunakan seperlunya saja dan dengan hati-hati agar tidak menimbulkan kesalahan penafsiran isi pertanyaan.

11. Jangan menggunakan kata atau istilah yang mungkin tidak dapat dimengerti oleh para responden.

Contoh :

“Pemberian hadiah tidak akan mengubah motivasi siswa dalam belajar”

Tampaknya tidak sukar untuk memahami kalimat dalam pertanyaan seperti ini. Yang menjadi pertanyaan adalah apakah responden akan memahami kalimat tersebut sebagaimana yang diinginkan oleh penulis? Coba perhatikan kata motivasi dan hadiah di atas. Sebagian dari kalangan tertentu barangkali dapat memahami maksudnya, akan tetapi bagi banyak orang, motivasi tidak memberikan gambaran apapun juga karena mungkin memang mereka tidak mengenalnya dalam percakapan sehari-hari. Penggunaan kata hadiah sebagai pengganti reward juga tidak akan mudah dipahami oleh individu yang bukan berlatar belakang psikologi.

12. Hindarilah pertanyaan yang berisi kata negatif ganda.

Contoh :

“Tidak merencakan jumlah anak dalam keluarga bukan tindakan yang terpuji”

Kata “tidak”, dan “bukan”, dua-duanya adalah kata negatif, yang dalam banyak hal dapat membingungkan pembaca pertanyaan. kalau memang dimaksudkan untuk menulis pernya taan yang favorable bagi keluarga berencana kata tidak dan kata bukan dalam pertanyaan di atas dapat dihilangkan sama sekali tanpa merubah arti kalimatnya. Bila dirasa perlu dapat disisipkan kata “adalah” di antara kata keluarga dan kata tindakan.

Demikianlah beberapa kriteria informal dalam penulisan pertanyaan sikap yang perlu diperhatikan. Satu hal yang juga sangat penting diperhatikan dalam penulisan pertanyaan sikap adalah masalah social desirability. Kadang-kadang pertanyaan sikap yang kita tulis mengandung social desirability yang tinggi, yaitu berisi hal-hal yang akan disetujui oleh responden semata-mata karena isinya menggambarkan sesuatu yang dianggap sudah semestinya berlaku dalam masyarakat sosial atau sesuatu yang baik, benar, dan diterima menurut norma masyarakat. Sebagai contoh adalah pertanyaan berikut ini:

“Menjaga kebersihan lingkungan adalah kewajiban kita semua”

Lepas dari pada apakah responden orang yang cinta kebersihan (bersikap positif) atau bukan, ia cenderung akan menyetujui pertanyaan seperti di atas karena norma sosial kita seakan telah mengatakan bahwa kebersihan itu baik dan orang yang baik adalah orang yang menjaga kebersihan. Dengan begitu, pertanyaan itu tidak akan berfungsi sebagaimana seharusnya dan tidak ada gunanya dalam pengukuran sikap.

Para penulis pertanyaan, belajar dari pengalaman, menuliskan pertanyaan sikap dalam jumlah dan kemudian baru mengevaluasi satu persatu pertanyaan tersebut sesuai dengan kriteria yang baru dikemukakan di atas. Perbaikan dilakukan terhadap setiap pertanyaan yang perlu diperbaiki. Seringkali pula pemeriksaan kembali terhadap setiap pertanyaan itu menimbulkan ide atau gagasan baru sehingga dapat ditulis pertanyaan yang lebih baik.

Mereka yang memahami dasar-dasar konstruksi skala sikap dan pernah banyak berpengalaman dalam penulisan pertanyaannya akan lebih peka dalam mengevaluasi setiap pertanyaan dan umumnya dapat langsung mengetahui adanya kejanggalan-kejanggalan bahasa yang dipergunakan.

Setelah pertanyaan-pertanyaan sikap selesai ditulis, langkah berikutnya adalah melakukan penskalaan (scaling) terhadap pertanyaan tersebut dan memilih pertanyaan pertanyaan yang secara empirik memang berkualitas.

1.

METODE – METODE PENGUKURAN SIKAP

Suatu skala harus dirancang dengan hati-hati. Stimulusnya harus ditulis dan dipilih berdasarkan metode konstruksi yang benar. Skor terhadap respons seseorang harus diberikan dengan cara-cara yang tepat. Agar dapat memenuhi kualitas dasar alat ukur yang standar, maka skala harus mengembangkan terlebih dahulu apa yang disebut sebagai tabel spesifikasi. Dalam setiap perencanaan skala sikap, langkah pertama yang harus dilakukan adalah penentuan tujuan ukur dan pembatasnya. Hal ini berarti bahwa:

1.

ciri-ciri objek psikologis yang berupa aspek kepribadian manusia yang hendak diungkap harus diidentifikasikan dengan jelas lebih dahulu.
2.

konsep harus dibatasi konstruk (construct) atau konsepsi teoritisnya, lalu didefinisikan secara operasional dalam bentuk dimensi-dimensi atau indikator-indikator perilaku sehingga dapat diukur

Pada perancangan skala terhadap konsep terdapat dua hal yang harus dijadikan perhatian, pertama adalah penentuan dan pembatasan konsep yang akan digunakan dan yang kedua adalah menentukan dimensi-dimensi atau indikator-indikator perilaku yang hendak diukur. Sedangkan pada perancangan skala sikap dua hal penting tersebut adalah: pertama adalah penentuan dan pembatasan konsepsi dari objek yang akan diukur dan yang kedua adalah penentuan batas objek yang hendak diukur.

Berikut ini beberapa metode pengukuran skala sikap yang telah lama di perkenalkan dan digunakan hingga kini :

1. Bogardus sosial distance scale

Bogardus(1925) mengajukan pengukuran kesenjangan sosial yang dapat menentukan hubungan antara sikap diberbagai jenis ras atau kelompok sebuah bangsa. Berbagai jenis pengukuran dari tekhnik ini akan memeperlihatkan adanya hubungan antara sikap/tingkah laku terhadap berbagai jenis kelompok sosial. Triandis (1964) telah meluaskan arti pekerjaannya dalam bidang ini. Dengan menggunakan analisis factor dia telah menemukan lima dimensi tingkah laku (sikap) terhadap kelas-kelas sosial dalam masyarakat, diantaranya :

1. Penghormatan

Contoh : mengagumi ide/pandangan seseorang.

2. Penerimaan perkawinan, misal : jatu cinta pada seseorang

3. Penerimaan terhadap persahabatan, misal : makan bersama

4. Kesenjangan sosial, misal : mengasingkan seseorang dari sekitarnya

5. Superordinasi, misal : memerintah seseorang

2. Thurstone Method Of Equal Appearing Interval

Thurstone (1928) mengajukan metode pengukuran sikap ini berbeda dengan pengukuran Bogardus dimana poin-poin pengukuran tidak terlalu diperlukan. Thurstone mencoba untuk mengembangkan sebuah metode yang mana dapat menunjukan secara cepat jumlah perbedaan antara prilaku satu responden dengan responden lainnya. Metode Thurstone membuat sebuah perkiraan penting yaitu pendapat seorang yang pandai tidak akan mempengaruhi nilai-nilai pertanyaan dari pengukuran tersebut. Pendapat ini dapat dibenarkan bila penilai tidak memiliki pandangan yang sangat berbeda akan topic yang bersangkutan, namun bagaimanapun juga jika yang terjadi adalah sebaliknya maka pertanyaan-pertanyaan yang diajukan terpengaruh.

Jadi metode Thurstone ini berorientasi pada respon dari responden yang ditanyakan. Menurut pandangannya sikap merupakan suatu bentuk atau reaksi perasaan. Maka konsep Thrustone ini berlandaskan kepada perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unvorable) terhadap objek Yang diukur.

Dimana Thurstone disini mencoba mengetengahkan skala pengukuran dengan menyatakan :

1.kategori, peringkat dan jarak yang diukur
2.dinyatakan dengan angka 1 sampai dengan 5, atau 1 sampai dengan 7
3.menggunakan konsep jarak yang sama (equality interval) karena skala ini tidak menggunakan angka nol sebagai titik awal perhitungan

Contoh :

1.Pekerjaan yang saya lakukan mendorong saya untuk kreatif.


1


2


3


4


5

1 = Sangat tidak setuju 2 = Tidak setuju 3 = Netral/Tidak memutuskan

4 = Setuju 5 = Sangat setuju

Metode Likert’s Of Summated Rating

Metode likert dapat dikatakan sebagai yang pertama yang melakukan pendekatan dengan mengukur luas/dalamnya pendapat dari responden bukan hanya dengan jawaban “ya” atau “tidak”. Dalam metode ini sebagian besar pertanyaan dikumpulkan, namun setiap pertanyaan disusun sedemikian rupa agar bisa dijawab dalam lima tingkatan jawaban pertanyaan/pertanyaan yang diajukan.

Secara sederhananya konsep skala likert’s meliputi :

*

Skala likert adalah skala yang mengukur sikap dengan menyatakan setuju atau ketidak setujuan terhadap subyek, obyek atau kejadian tertentu.
*

Urutan untuk skala ini umumnya menggunakan lima angka penilaian yaitu

(1). Sangat menyetujui

(2) setuju

(3) Netral (tidak pasti)

(4) Tidak setuju

(5) Sangat Tidak Setuju.

*

Urutan itu bisa dibalik.
*

Alternatif angka bisa bervariasi dari 3 sampai dengan 9

Contoh skala Likert’s :

DITEMPAT SAYA BEKERJA, KEPUTUSAN – KEPUTUSAN STRATEGIS SERING DIBUAT OLEH INDIVIDUAL DARIPADA KELOMPOK.

(1). Sangat Setuju (SS)

(2). Setuju (S)

(3). Tidak pasti

(4). Tidak Setuju (TS)

(5). Sangat Tidak Setuju (STS)

Osgood’s Semantic Differential (Skala perbedaan semantic Osgood’s)

Dalam penyusunan skala ini, serangkaian kata sifat yang menunjukkan ciri atau karakteristik stimulus atau objek sikap telah dipilih dan ditentukan, maka objek sikap disajikan sebagai stimulus tunggal pada setiap rangkaian, dan diikuti oleh kontinum-kontinum psikologis yang kedua kutubnya berisi kata sifat yang berlawanan tadi (Azwar 1995). bahwa kontinum psikologis pada teknik beda semantik ini dibagi menjadi tujuh bagian yang diberi angka 1 sampai 7, mulai dari kutub unfavorable sampai dengan kutub favorable. Apabila peletakan kutub favorable dan unfavorable itu dibalik, maka peletakan angka skornya pun disesuaikan sehingga perlu dibalik juga.

Contoh :

1 2 3 4 5 6 7



Cara pemberian angka seperti ini adalah cara yang telah disederhanakan yaitu angka 1 berarti adanya arah sikap yang unfavorable dengan intensitas tinggi, sedangkan angka 7 menunjukkan adanya sikap yang favorable dengan intensitas yang tinggi pula. Makin mendekati ke tengah kontinum maka arah sikap makin menjadi kurang jelas dan intensitasnyapun berkurang. Suatu posisi respons yang diletakkan pada angka 4, yang berada di tengah-tengah berarti adanya sikap netral terhadap objek yang bersangkutan bila dikaitkan dengan kata sifat yang berada pada kedua kutub kontinum.

Kesimpulan yang di dapat dari skala Osgood ini adalah sebagai berikut :

*Merupakan metode pengukuran sikap dengan menggunakan skala penilaian tujuh butir yang menyatakan secara verbal dua kutub (bipolar) penilaian yang ekstrim.
*Dua kutub ini bisa berupa baik-buruk, kuat lemah, modern-kuno dan sebagainya.
*Responden diberi ruang semantis untuk merefleksikan seberapa dekat sikap responden terhadap subyek, obyek atau kejadian tertentu diantara dua kutub.
*Metode ini umumnya digunakan untuk penilaian merek dagang, produk, pekerjaan, dan lain-lain.

scaling method

Salah satu kelemahan dari methode thurstone dan likert adalah perilaku responden yang diukur tidak memiliki arti yang khusus. Guttman mengajukan sebuah metode yang mana setiap nilai jawaban mempunyai arti yang unik. Guttman menggunakan indeks daftar kata-kata unutuk menentukan kesatuan ukuran, dan sebagai konsekuensinya pengukuran Guttman mungkin merupakan yang paling pendek (antara 4s/d10 max points) dan hanya dibatasi topik yang bersangkutan.

Topik yang biasa diangkat untuk dijadikan objek sikap dalam pengukuran guttman ini adalah mengenai keadaan politik, aspek kepercayaan/keyakinan (religius), tingkat aktifitas keagamaan, atau derajat etika tingkah laku. Dan didalam prosedur semua item pertanyaan hanya dijawab dengan “ya” atau “tidak”, “setuju” atau “tidak setuju”. Kemudian jawaban yang sudah didapat dikelompokan kedalam sebuah indeks.

Skala pengukuran sederhana

Secara lebih sederhananya skala pengukuran sikap dapat lebih dimengerti lagi dengan skala-skala pengukuran sikap berikut ini :

a. Skala sederhana

*Skala sederhana menggunakan skala nominal misalnya setuju atau tidak setuju, ya atau tidak.
*Skala ini digunakan bila kuesionar penelitian berisi relatif banyak butir pertanyaan, tingkat pendidikan responden rendah atau alasan lain.

c. Skala Numeris

*Skala numeris merupakan metode pengukuran yang teridiri dari 5 atau 7 alternatif nomor untuk mengukur sikap responden.
*Skala ini pada prinsipnya sama dengan skala perbedaan semantis, hanya saja langsung diberikan angka.

Skala Grafis

Metode ini menyatakan penilaian responden terhadap subyek, obyek atau kejadian tertentu dengan titik atau angka tertentu yang terletak didalam gambar atau grafik penilaian.
READ MORE - Pengukuran Sikap Dalam Opini Publik

Definisi Iklim Komunikasi Organisasi

Definisi Iklim Komunikasi Organisasi
Iklim komunikasi organisasi telah melahirkan beberapa definisi, di antaranya: Menurut Tagiuri, Iklim Komunikasi Organisasi adalah kualitas yang relatif abadi dari lingkungan internal organisasi yang dialami oleh anggota-anggotanya, mempengaruhi tingkah laku mereka serta dapat diuraikan dalam istilah nilai-nilai suatu set karakteristik tertentu dari lingkungan. (Soemirat,Ardianto, Suminar, 1999: p. 69).
Payne dan Pugh mendefinisikan organisasi sebagai suatu konsep yang merefleksikan isi dan kekuatan dari nilai-nilai umum, norma, sikap, tingkah laku dan perasaan anggota terhadap suatu sistem sosial. (Soemirat, Ardianto, Suminar,1999: p. 69).
Hillreiger dan Slocum mengatakan Iklim Komunikasi Organisasi adalah suatu set atribut organisasi, yang menyebabkan bagaimana berjalannya subsistem organisasi terhadap anggota dan lingkungannya. (Soemirat, Ardianto, Suminar,1999: p. 69).
Redding mengatakan iklim komunikasi organisasi merupakan fungsi kegiatan yang terdapat dalam organisasi untuk menunjukkan kepada anggota organisasi bahwa organisasi tersebut mempercayai mereka dan memberi mereka kebebasan dalam mengambil resiko; mendorong mereka dan memberi mereka tanggung jawab dalam mengerjakan tugas-tugas mereka dan menyediakan informasi yang terbuka dan cukup tentang organisasi; mendengarkan dengan penuh perhatian serta memperoleh informasi yang dapat dipercayai dan terus terang dari anggota organisasi; secara aktif memberi penyuluhan kepada pra anggota organisasi sehingga mereka dapat melihat bahwa keterlibatan mereka penting bagi keputusan-keputusan dalam organisasi; dan menaruh perhatian pada pekerjaan yang bermutu tinggi dan memberi tantangan. (Pace dan Faules, 2002: p.148)
Pace and Faules mengatakan iklim komunikasi organisasi terdiri dari persepsi-persepsi atas unsur-unsur organisasi dan pengaruh unsur-unsur tersebut terhadap komunikasi. (Pace dan Faules, 2002:p. 149). Dennis mendefinisikan iklim komunikasi organisasi sebagai kualitas pengalaman yang bersifat objektif mengenai lingkungan internal organisasi, yang mencakup persepsi anggota organisasi terhadap pesan dan hubungan pesan dengan kejadian yang terjadi di dalam organisasi. (Soemirat, Ardianto, Suminar,1999:p.69)

Untuk menunjukkan kepada anggota organisasi bahwa organisasi tersebut mempercayai mereka dan memberi mereka kebebasan dalam mengambil resiko; mendorong mereka dan memberi mereka tanggung jawab dalam mengerjakan tugas-tugas mereka dan menyediakan informasi yang terbuka dan cukup tentang organisasi; mendengarkan dengan penuh perhatian serta memperoleh informasi yang dapat dipercayai dan terus terang dari anggota organisasi; secara aktif memberi penyuluhan kepada pra anggota organisasi sehingga mereka dapat melihat bahwa keterlibatan mereka penting bagi keputusan-keputusan dalam organisasi; dan menaruh perhatian pada pekerjaan yang bermutu tinggi dan memberi tantangan. Iklim komunikasi di dalam sebuah organisasi itu penting karena secara tidak langsung iklim komunikasi organisasi dapat mempengaruhi cara hidup orang-orang di dalam sebuah organisasi: kepada siapa orang-orang berbicara, siapa saja yang disukai, bagaimana perasaan masing-masing orang, bagaimana kegiatan kerja berlangsung dan bagaimana perkembangan orang-orang di dalam organisasi (Pace dan Faules, 2002: p. 148). Menurut Redding, yang dikutip oleh Pace dan Faules menyatakan bahwa ”iklim komunikasi organisasi jauh lebih penting daripada keterampilan atau teknik-teknik komunikasi semata-mata dalam menciptakan suatu organisasi yang efektif“. (Pace dan Faules, 2002:p.149)
Dari sini dapat dilihat bahwa iklim komunikasi di dalam sebuah organisasi itu perlu untuk diperhatikan agar dapat menciptakan sebuah organisasi yang efektif. Di dalam buku komunikasi organisasi yang ditulis oleh Pace dan Faules menegaskan hal ini dengan mengemukakan bahwa iklim komunikasi tertentu

memberi pedoman bagi keputusan dan perilaku individu. Keputusan-keputusan yang diambil oleh anggota organisasi untuk melaksanakan pekerjaan mereka secara efektif, untuk mengikatkan diri mereka dengan organisasi, untuk bersikap jujur dalam bekerja, untuk meraih kesempatan dalam organisasi secara bersemangat, untuk mendukung para rekan dan anggota organisasi lainnya, untuk melaksanakan tugas secara kreatif, dan untuk menawarkan gagasan-gagasan inovatif bagi penyempurnaan organisasi dan operasinya, semua ini dipengaruhi oleh iklim komunikasi. Iklim yang negatif dapat benar-benar merusak yang dibuat anggota organisasi mengenai bagaimana mereka akan bekerja dan berpartisipasi untuk organisasi. (Pace dan Faules, 2002: p. 155)
Iklim komunikasi yang penuh rasa persaudaraan mendorong para anggota organisasi untuk berkomunikasi sercara terbuka, rileks, ramah dengan anggota yang lain. Sedangkan iklim komunikasi yang negatif menjadikan anggota tidak berani berkomunikasi secara terbuka dan penuh rasa persaudaraan. (Arni, 2004: p.84)
Jadi, iklim komunikasi memainkan peranan sentral dalam mendorong anggota organisasi untuk mencurahkan usaha kepada pekerjaan mereka dalam organisasi. (Pace dan Faules, 2002: p. 155)
Dari sini dapat dikatakan bahwa iklim komunikasi organisasi memiliki pengaruh yang cukup penting bagi motivasi kerja dan masa kerja pegawai dalam organisasi. Iklim komunikasi yang positif cenderung meningkatkan dan mendukung komitmen pada organisasi dan iklim komunikasi yang kuat seringkali menghasilkan praktik-praktik pengelolaan dan pedoman organisasi yang lebih mendukung (Pace dan Faules, 2002: p. 156). Hal ini didukung pula Soemirat, Ardianto dan Suminar bahwa iklim komunikasi organisasi yang positif tidak hanya menguntungkan organisasi namun juga penting bagi kehidupan manusia-manusia di dalam organisasi tersebut. (Ardianto dan Suminar, 1999:p. 68)
Dari uraian di atas mengenai iklim komunikasi organisasi, kita dapat melihat pentingnya peran iklim komunikasi organisasi bagi kehidupan sebuah organisasi. Oleh karena itu iklim komunikasi organisasi merupakan hal penting yang tidak boleh diabaikan, tetapi harus diperhatikan oleh organisasi.

2. Perkembangan Iklim Komunikasi di dalam Organisasi
Menurut Pace dan Faules, unsur-unsur dasar organisasi (anggota, pekerjaan, praktik-praktik yang berhubungan dengan pengelolaan, struktur dan pedomanan) dipahami secara selektif untuk menciptakan evaluasi dan reaksi yang menunjukkan apakah yang dimaksud oleh setiap unsur dasar tersebut dan seberapa baik unsur-unsur ini beroperasi bagi kebaikan anggota organisasi.
Misalnya, informasi yang cukup merupakan sebuah indikasi untuk para anggota organisasi mengenai seberapa baik unsur-unsur dasar organisasi itu berfungsi bersama-sama untuk menyediakan informasi bagi mereka. (Pace dan Faules, 2002: p. 153)
Menurut Pace dan Faules, pemahaman mengenai kecukupan informasi memberikan petunjuk kepada para anggota organisasi mengenai aspek-aspek organisasi yang merupakan salah satu bagian dari iklim komunikasi organisasi.
Persepsi atas kondisi-kondisi kerja, penyeliaan, upah, kenaikan pangkat, hubungan dengan rekan-rekan, hukum-hukum dan peraturan organisasi, praktik-praktik pengambilan keputusan, sumber daya yang tersedia dan cara-cara memotivasi kerja anggota organisasi semuanya membentuk suatu badan informasi yang membangun iklim komunikasi organisasi.
Unsur-unsur dalam organisasi tidak secara langsung menciptakan iklim komunikasi organisasi, tetapi pengaruhnya terhadap iklim komunikasi organisasi tergantung pada persepsi anggota organisasi mengenai nilai dan hukum dan peraturan tersebut, yaitu apakah hukum dan peraturan harus diabaikan?. Jadi dengan kata lain, unsur-unsur yang terdapat di dalam organisasi tidak secara otomatis menciptakan iklim komunikasi organisasi tetapi tergantung kepada persepsi anggota-anggota organisasi mengenai unsur-unsur organisasi tersebut.

3. Dimensi Iklim Komunikasi Organisasi
Adapun dimensi-dimensi iklim komunikasi organisasi menurut Pace dan Faules dalam bukunya Komunikasi Organisasi, Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan. (2002: p. 159-160):
1. Kepercayaan
Personel di semua tingkat harus berusaha keras untuk mengembangkan dan mempertahankan hubungan yang di dalamnya terdapat kepercayaan, keyakinan dan kredibilitas yang didukung oleh pernyataan dan tindakan. Para pemimpin hendaklah berusaha membentuk kepercayaan di antara pengirim dan penerima pesan. Kepercayaan ini akan mengarahkan kepada komunikasi yang terbuka yang akan mempermudah adanya persetujuan yang diperlukan antara bawahan dan atasan. (Arni, 2004:p.112)
Haney(1973) menemukan bahwa makin tinggi kepercayaan cenderung motivasi kerja makin tinggi. (Arni, 2004:p.174)
2. Pembuatan keputusan bersama
Para karyawan di semua tingkatan dalam organisasi harus diajak berkomunikasi dan berkonsultasi mengenai semua masalah dalam semua wilayah kebijakan organisasi, yang relevan dengan kedudukan mereka. Para pegawai di semua tingkat harus diberi kesempatan
berkomunikasi dan berkonsultasi dengan manajemen di atas mereka agar berperan serta dalam proses pembuatan keputusan dan penentuan tujuan.
Tetapi umumnya pimpinan mau memberikan informasi ke bawah bila merasa bahwa pesan itu penting bagi penyelesaian tugas. Tetapi apabila suatu pesan tidak relevan dengan tugas, pesan itu tetap dipegangnya. (Arni,2004:p.111)
3. Kejujuran
Suasana umum yang diliputi kejujuran dan keterusterangan harus mewarnai hubungan-hubungan dalam organisasi, dan para pegawai mampu mengatakan ”apa yang ada dalam pikiran mereka“ tanpa mengindahkan apakah mereka berbicara kepada teman sejawat,
bawahan, atau atasan.
4. Keterbukaan terhadap komunikasi ke bawah
Komunikasi ke bawah menunjukan arus pesan yang mengalir dari para atasan atau para pemimpin kepada bawahannya. Menurut Lewis(1987) komunikasi ke bawah adalah untuk menyampaikan tujuan, untuk merubah sikap, membentuk pendapat, mengurangi ketakutan dan kecurigaan yang timbul karena salah informasi, mencegah kesalahpahaman karena kurang informasi dan mempersiapkan anggota organisasi untuk menyesuaikan diri dengan perubahan.(Arni,2004:p.108)
Kecuali untuk keperluan informasi rahasia, anggota organisasi harus relatif mudah memperoleh informasi yang berhubungan langsung dengan tugas mereka saat itu, yang mempengaruhi kemampuan mereka untuk mengkoordinasikan pekerjaan mereka dengan orang-orang atau bagian-bagian lainnya, dan yang berhubungan luas dengan perusahaan,
organisasinya, para pemimpin dan rencana-rencana.
5. Mendengarkan dalam komunikasi ke atas
Yang dimaksud dengan komunikasi ke atas adalah pesan yang mengalir dari bawahan kepada atasan atau dari tingkat yang lebih rendah kepeda tingkat yang lebih tinggi. Tujuan dari komunikasi ini adalah untuk memberikan balikan, memberikan saran dan mengajukan
pertanyaan. Komunikasi ini mempunyai efek pada penyempurnaan moral dan sikap karyawan(Arni,2004:p.117)
Hambatan dalam Komunikasi ke atas
° Kecenderungan karyawan untuk menyembunyikan perasaan dan pikirannya.
° Perasaan karyawan bahwa pimpinan dan supervisor tidak tertarik kepada masalah mereka.
° Kurangnya reward atau penghargaan terhadap karyawan yang berkomunikasi ke atas
° Perasaan karyawan bahwa supervisor dan pimpinan tidak dapat menerima dan berespon terhadap apa yang dikatakan oleh karyawan. (Arni,2004:p.119)
6. Perhatian pada tujuan-tujuan berkinerja tinggi Personel di semua tingkat dalam organisasi harus menunjukkan suatu komitmen terhadap tujuan-tujuan berkinerja tinggi-produktivitas tinggi, kualitas tinggi, biaya rendah-demikian pula menunjukkan perhatian
besar pada anggota organisasi lainnya. Jadi secara singkat, yang termasuk dalam dimensi iklim komunikasi organisasi itu adalah kepercayaan, pembuatan keputusan bersama, kejujuran, keterbukaan, mendengarkan dalam komunikasi ke atas dan perhatian pada tujuan-tujuan kinerja tinggi.

Labels: Komunikasi Bisnis
READ MORE - Definisi Iklim Komunikasi Organisasi